Jumat, 19 Agustus 2011

Padamu : (2) Hati

Jatuh cinta itu berarti berani menitipkan hati. Menitipkan hati pada dia tempat hatimu jatuh. Paling tidak ada dua kemungkinan saat kamu melakukannya. Jika beruntung, dia akan menjaga hatimu sepenuhnya, bahkan dengan mempertaruhkan segala yang dimilikinya. Merawat dan memperlakukan hatimu sebaik-baiknya. Bukti bahwa kamu menitipkan hati pada seseorang yang tepat. Seseorang yang benar-benar mencintaimu. Sanggup melakukan apapun untukmu.

Tapi terkadang kamu tak seberuntung itu. Kamu menitipkan hati pada seseorang yang salah. Seseorang yang tak mampu menjaga hatimu. Seseorang yang justru menyakiti hatimu dan bukan menjaganya seperti yang kamu inginkan. Tapi begitulah hidup. Selalu penuh resiko. Saat kamu berani jatuh cinta, resiko seperti ini mungkin saja terjadi. Itu mengapa jatuh cinta hanya untuk mereka yang berani menangung resiko. Resiko bahwa mungkin telah menitipkan hati pada tempat yang salah.

Dan aku padamu...

Kuharap, aku menitipkan hatiku pada tempat yang tepat. Aku percaya kamu akan menjaganya. Bijak memperlakukannya. Kalaupun nanti ada air mata, aku yakin kamu punya cara menyekanya, dan tak membiarkannya terus mengalir hingga meninggalkan luka.

Saat kamu pergi, aku selalu merasa kamu turut serta membawa pergi hatiku. Sadarkah kamu, saat aku berkata "hati-hati", sesungguhnya aku mengingatkanmu, bahwa aku ingin ketika kau pergi dan tak bersamaku, kau tetap menjaga hati yang telah kutitipkan padamu.

Heii... Hati-hati...

Senin, 15 Agustus 2011

Padamu : (1) Kenangan

terkadang...
kenangan begitu dingin
sedang kita memilih tak berpakaian
hingga 
tanpa disadari
pelan-pelan kita terbunuh
dalam kebekuan...


Kenangan itu hanya sebatas boleh dikunjungi. Bukan ditinggali. Sekali-kali kamu boleh berkunjung, kenangan selalu meninggalkan jejak berharga tempat kita belajar. Tapi tetap diam disitu, dan membiarkan dirimu terjebak di dalamnya adalah kebodohan. Bagaimanapun hidup terus berjalan. Dan terjebak dalam kenangan hanya akan membuatmu sulit melangkah ke depan. Segera berbenah diri, bersiap untuk keluar dari ruangan bernama kenangan, biarkan kata hatimu yang menuntun ke persinggahan hidupmu selanjutnya. Dan langkah kakimu akan setia mengikuti di belakangnya.



Jumat, 12 Agustus 2011

Perempuan Hujan

Padamu yang sedang duduk di atas awan. Wajahmu layu. Masih tampak sisa air mata yang mengering di pipimu. Bersembunyi dibalik hitamnya awan. Sorot matamu sendu menatap. Menusuk hatiku. Dan tiba-tiba ada luka ikut memerih di situ.

Kamu yang selembut angin. Tak nampak tetapi selalu terasa dingin saat menyentuh. Aku mencintaimu, perempuan hujan. Tak perlu kau hiraukan mereka. Mereka tak mengerti cinta. Selalu memandang hanya dari mata mereka. Tak mampu merasa apa yang kita rasa.

Bukankah cinta selalu mengerti.

Dan kini, lepaskan semua bebanmu. Mencintalah dengan jujur. Aku berikan hangatku padamu, dan kau berikan air matamu untukku. Pada akhirnya seperti mawar yang membutuhkan hangat mentari dan tetes hujan, cinta kita tumbuh mewangi bukan ?

Menikahlah denganku. Kita jemput bahagia. Menikah di bawah hujan. Diantara tetes airnya. Membiarkan beningnya membasahi seluruh tubuh kita. Mengalir. Membawa semua duka yang pernah ada. Hingga yang tertinggal hanyalah bahagia. Kau dan aku.

Setelahnya kita bangun rumah cinta kita. Jadilah hujan setiap hari. Dan aku akan menjadi mentari. Bersama kita ciptakan pelangi. Tempat kita bermesraan di setiap bilangan hari. 

Lupakan mereka. Hanya ada aku, kau, dan cinta kita.

Itu cukup...
---


Terkadang dalam hidup, untuk bahagia kau hanya perlu "jujur mencinta"
Tak membutuhkan selainnya...

Selasa, 09 Agustus 2011

Menginginkanmu

Tanpa aku sadari, aku begitu menginginkanmu. Bahkan sejak pertama kali aku melihatmu. Dan sekarang, secara sadar aku begitu menginginkanmu. Mungkin karena aku sulit bernafas tanpamu. Atau memang kau diciptakan untukku. Mungkinkah sesederhana itu.

Kenyataan menarikku pada sebuah pernyataan yang menghentak hati.

"Terkadang, tak setiap keinginan dapat terpenuhi. Melepaskan keinginan itu bukanlah berarti kelemahanmu untuk berhenti berjuang. Itu menunjukkan kau mampu berjiwa besar menerima kenyataan bahwa keinginanmu tak mungkin terpenuhi"

Menyerah. Itu adalah yang terbaik. Menerima kenyataan dan hanya menginginkanmu dalam diam. Menginginkanmu dalam setiap langkah diamku . Menginginkanmu dalam setiap air mata yang menetes. Menginginkanmu dalam setiap sepi. Menginginkanmu dalam setiap letih hatiku.

Menginginkanmu...

Tak perduli kau mendengarkan keinginanku. Atau kau hanya berpura-pura tak terjadi apa-apa. Menafikkan kehadiranku. Aku tetap terus menginginkanmu. Cukup, hanya menginginkanmu.

Menginginkanmu sampai kau mau menyambut tanganku yang terulur bisu.

Akankah ?

Sabtu, 06 Agustus 2011

Duka

Selamat malam hati yang berselimut duka...
Kulihat tubuhmu begitu beku seakan jutaan dingin tengah menggigitmu.
Tidak mengapa. Adakah kau mengingatnya, sekali waktu pernah aku berujar padamu bahwa duka adalah bahagia yang bersembunyi di balik tabir ?
Menunggu untuk menemuimu, saat nafasmu menghembuskan keikhlasan.
Dia memang tak akan memberimu wangi bunga dan kembang api aneka warna.
Yang diberikannya mungkin hanya derai air mata yang deras mengalir di kedua pipimu dan luka yang memerih.
Tapi tidakkah kau terlalu lama dininabobokkan bahagia yang semu ?
Tidakkah duka yang tengah menghampiri memberi ruang padamu untuk memahami arti bahagia yang sejatinya.
Biarkan dirimu sempurna dilumat duka.
Karena hanya dengan mengecap duka maka saat bahagia hadir kau lebih mampu merasakannya, mensyukurinya.
Mengertilah, dalam hidup kau tak akan mampu bijak memaknai rasa tanpa kau terlebih dahulu menikmati semua rasa yang diberikan-Nya.
Juga duka...
***

... suatu malam, embun di sudut mata, dan sebersit duka yang dititipkan pada tetesnya...

Jumat, 05 Agustus 2011

Jika Malam

Jika malam itu telinga, terima kasih tak bosan mendengarkan curahan rasaku.
Jika malam itu bangku tua, aku sedang duduk menangis di tepinya.
Jika malam itu hujan, biarkan menetes di pipiku, mengecup dukaku.
Jika malam itu embun, ada cinta di dalam beningnya.
Jika malam itu desah nafas, setiap helaan nafasku membisikkan cinta.
Jika malam itu punggung, aku ingin merebahkan segala penatku di situ.
Jika malam itu gaun, aku ingin menyulamnya dengan warna pelangi.
Jika malam itu kata, di setiap dinding sunyinya tertulis namamu.
Jika malam itu rindu, ada sudut kosong di hatiku, menginginkan hadirmu.
Jika malam itu cinta, biarkan mengalir lembut, bermuara di jiwa.
Jika malam itu aku, adakah kau simpan rindu di hatimu ?
Jika malam itu aku, akankah kau datang menemuiku ?

Jika malam mereda, aku belum reda mencinta.
Mengertikah kamu...

Senin, 01 Agustus 2011

Sang Air

Dan, aku kembali di sini. Duduk. Kamu di benakku. Menulis tentangmu, masih.

Ada semilir angin di luar sana. Bertiup lembut kemanapun yang di inginkannya. Menyentuh dedaunan, rumput, juga mawar merah itu. Menyentuh apapun yang dimaunya. Sama seperti cinta, terkadang kau harus membiarkan cinta pergi kemanapun yang diinginkannya. Menyentuh hati siapapun yang disukanya. Itu lebih menenangkan, daripada kau berusaha menahannya dan membohongi hatimu sendiri.

Kemudian, tiba-tiba aku sudah larut ke dalam matamu. Tatapanmu yang teduh begitu membius. Seolah berkata, "Aku disini untukmu, menjagamu". Mengalirkan ketenangan hingga jauh ke dalamku. Yah, ketenangan. Seperti air. Kamu begitu menenangkan. Aku betah di dekatmu. Kau tahu itu ?

Lalu, aku memanggilmu Sang Air. Kehadiranmu memang menenangkanku. Tapi terkadang kau begitu deras mengalir. Membawa gelombang dan kemudian menyeret dan menghanyutkanku tanpa daya. Aku mencoba mencari pegangan agar tak semakin jauh terhanyut. Dan semua sia-sia saat aku sadari aku justru semakin tenggelam.

Aku begitu menyukai hujan, lalu aku begitu tergila-gila padamu. Aku jatuh cinta padamu seperti aku jatuh dan mencintai hujan. Hujan dan air. Mungkin itu takdir yang mempertemukan kita. Bahkan, pernah, kau menginginkanku menjadi hujan yang turun merintik perlahan. Hingga tak merusak lapisan tanah di atasnya. Turun kemudian meresap ke dalam tanah dan memberi kehidupan. Itu yang kamu katakan. Aku mengingatnya seperti itu : Kau hanya menginginkanku menjadi hujan yang turun merintik perlahan. Hanya sebatas itu.

Angin mengusap pipiku. Menyadarkan lamunan. Aku merasa seperti perempuan bodoh. Aku tidak bisa memilikimu. Kau memilikinya, mencintainya. Aku yakin seperti itu. Tapi tak mengapa. Aku hanya ingin mencinta. Dan kau tetaplah berada di sana. Di tempatmu yang semestinya. Tetap mengalir memberi ketenangan. Juga kuharap kebaikan. Seperti air yang terus mengalir memberi kebaikan pada setiap yang dilaluinya. Tanpa harus merasakan, memiliki yang sesungguhnya.

Aku memanggilmu Sang Air.
Kau datang mengalir membawa ketenangan.
Begitu saja...
---

Note : Dedicated to my best friend.
"Cinta tak harus memiliki". Sepertinya klise, tapi aku setuju. Saat akan ada banyak hati yang terluka, mencintai bukan berarti harus memiliki...