Kau tahu, sayangku...
Saat jarak
menyembunyikanmu dari mataku, jauh, waktu yang mengiringi seolah berubah
menjadi pisau.
Menyayat hati berkali-kali. Dengan sabar aku
mengobatinya, membalutnya.
Tapi terkadang nyeri yang terasa tak sanggup
kutanggung sendiri.
Dia mendesak, berlari menuju kepala, menciptakan mendung di
sana.
Terus menebal tanpa bisa kutahan lagi. Memberat, dan akhirnya menjelma air mata. Jatuh perlahan, mengelus lembut kedua pipi.
Kau tahu?
Kau tahu?