Selasa, 31 Mei 2011

It's Hard to Say Goodbye

Goodbyes are not forever.
Goodbyes are not the end.
They simply mean I'll miss you.
Until we meet again...



Selamat Pagi

di hembusan nafas pertama setelah kau buka matamu
lantunkan doa terindah yang pernah kau miliki
lalu berjalanlah menuju jendela
ada hangat mentari pagi dan awan biru disana
aku membungkusnya semalam
dengan pita merah jambu
untukmu
kecup sebelum kau beranjak pergi
selamat pagi
kuharap bahagia memelukmu hari ini

Senin, 30 Mei 2011

Alasan

Mencari alasan. Itu adalah hal termudah yang kita lakukan agar "tidak mengerjakan sesuatu". Ini semacam pembenaran karena tidak mengerjakannya. Bisa juga agar terlepas dari rasa bersalah. Mungkin karena sifat kita yang terkadang tidak mau susah, selalu mengukur untung rugi dari segi materi, atau memang pada dasarnya malas, alasan menjadi begitu mudah di buat. Padahal, selama itu mengerjakan kebaikan, selalu ada nilai tersendiri, selalu ada makna yang kita dapatkan.

Untuk "bersedia mengerjakan sesuatu" yang diperlukan adalah semangat dan niat. Dua hal ini yang akan mematahkan semua alasan yang mungkin muncul di benak kita. Semangat akan menurun manakala kita hanya memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan saat mengerjakan sesuatu itu. Lalu mengapa kita tidak berpikir sebaliknya. Memikirkan hal-hal yang menyenangkan jika kita mengerjakannya. Ini semacam tambahan energi agar kita semakin semangat mengerjakannya.

Sedang niat, ini lebih pada mindset kita. Niat kita terkadang hanya sampai pada urusan untung rugi. Hanya untuk urusan keduniawian. Saat tidak menguntungkan maka alasan untuk tidak mengerjakan semakin banyak. Padahal ada niat yang lebih indah : Hanya untuk dan karena-Nya. Maka apapun yang kita kerjakan, selama itu di jalan kebaikan, selalu punya nilai tersendiri. Mungkin yang kita lakukan terlihat tidak berarti, tapi jika itu hanya untuk dan karena-Nya akan ada nilai yang lebih hakiki. Tak ada yang sia-sia, apapun yang kita kerjakan, jika kita niatkan karena-Nya. Ada balasan. Mungkin tidak di dunia ini, tapi kelak di kehidupan akhirat yang abadi.


Tidakkah engkau tahu anakku...
Segala udzur (halangan) telah dihapus dengan firman-Nya
"Berangkatlah dalam keadaan ringan ataupun berat"
(Abu Ayyub Al Anshari, ra)


Note :
Catatan untuk diri, yang pagi ini sibuk mencari alasan untuk tidak datang di suatu pertemuan. Semoga diringankan langkah untuk segala kebaikan. Amin.



Gravitasi

seperti gravitasi
yang selalu membuat benda jatuh ke bawah
begitulah kamu
selalu berhasil membuatku jatuh
padamu...




Minggu, 29 Mei 2011

Diam

"Mengapa dia hanya diam, tak pernah sekalipun terdengar suaranya memanggilku saat aku lewat di depan jendela putihnya", hujan membisikkan tanya kepada angin.

Angin menjawab tenang, "Dia hanya ingin menunggumu. Cukup hanya dengan melihatmu dari balik jendelanya. Mencintaimu diam-diam dalam sunyi. Sangat sunyi. Begitu sunyinya, kau bahkan bisa mendengar detak jantungnya yang mengalunkan nada rindu".

"Mungkin sebaiknya aku menghampirinya. Memeluk sepinya"

"Tak perlu. Dia mencintaimu dengan tulus. Tanpa keinginan yang lain. Bukan atas nama hasrat apapun"

Hujan terdiam sendu.
-----

Dan setiap kali melewati jendela putih itu, hujan selalu menemukannya. Duduk. Terdiam. Dengan mata penuh binar cinta menatapnya. Hari ini hujan melihatnya memakai rok merah jambu. Warna yang persis sama jatuh dari matanya.

Sepi

Aku tahu. Bukan hanya aku saja yang merasakan. Tapi juga kamu. Itu konsekuensi dari berjauhan. Konsekuensi yang sama-sama kita mengerti. Jarak menghadirkan rasa itu. Mereka menyebutnya sepi. Rasa yang kadang membuatku tak karuan. Sepi seperti memiliki tangan-tangan kekar yang siap mencekik kapan saja. Membuat sesak dan sulit bernafas. It's okey. Aku bisa mengatasinya kok... Mencoba terus menikmatinya meski kadang dengan setengah hati.  Aku menyelipkan bayanganmu di setiap lipatan-lipatan sepiku. Juga kenangan-kenangan kita sebagai pemanisnya. Aku yakin, itu alasan yang membuatku mampu menghadapi "sang sepi". Kamu. Dan segala tentangmu. Emm... Satu lagi alasan. Harapan-harapan kita. Kau mengingatnya bukan?
---

* Sepi itu ketika di sekelilingmu banyak orang tapi engkau merasa seperti berada di tempat yang bernama 'entah'. Sendirian.

* Sepi itu kadang membuatmu hanya ingin rebah di atas bantal. Menyelipkan kedua tanganmu di bawahnya. Dan membiarkan sudut matamu diam-diam mengalirkan air mata.

* Sepi itu udara yang bebas kau hela. Tapi tetap saja terasa hampa.

* Sepi itu seperti lagu-lagu mellow. Menyayat hati. Hancur berserpih mengalir bersama nadi.

* Sepi itu menghadirkan kerinduan. Dan itu padamu.

* Sepi itu sesuatu yang tak berani datang jika kau ada di dekatku. Mungkin dia takut padamu. Kau memang pandai menjagaku. Tak kau ijinkan sepi menyentuhku meski hanya sebentar. Terimakasih untuk itu.

* Sepi itu... aku tanpamu...


ditulis sore hari, di salah satu ruangan hati, bernama sepi

Sabtu, 28 Mei 2011

Secangkir Kopi

Aku suka kopi. Ralat. Sangat suka kopi. Seperti ada kenikmatan tersendiri saat mencium harumnya, kemudian merasakan cairan pekat itu melewati lidah dan kerongkongan, pada akhirnya berakhir hangat di perutku. Entah hanya perasaanku saja atau memang semua penikmat kopi merasakannya, setelah menyesapnya pelan-pelan ada ketenangan tersendiri yang kemudian hadir.

Hidup inipun seperti secangkir kopi. Ada kalanya terasa pahit. Tapi layaknya seorang barista bukankah kita bisa membuat secangkir kopi yang pada mulanya pahit menjadi secangkir kopi yang lebih manis. Atau mungkin mengubah cita rasa yang lain, bukan hanya menambahkan gula tapi juga susu, atau coklat. Secangkir kopi yang pada awalnya pahit sekarang berubah menjadi secangkir kopi yang lebih nikmat dari sebelumnya.

Begitupun hidup. Saat kepahitan datang, kita tetap bisa membuatnya agar tak hanya getir yang kita rasakan. Hanya diam dan menyesalinya tak akan mengubah pahit itu. Berbuat sesuatu. Melakukan sesuatu untuk mengurangi pahit. Dan yang biasa aku lakukan saat pahit datang, first, aku mencoba menata hati, berdamai dengan diri, mencoba tetap berpikir positif. Terkadang sulit, karena pada dasarnya manusia selalu menginginkan yang manis dan tak mau menerima pahit. Tapi menurutku ini hanya soal pembiasaan. Saat kau mulai terbiasa melakukannya, untuk selanjutnya akan lebih mudah lagi melakukannya. Dan untuk lebih menetralisir lagi aku melakukan apa saja yang aku suka : keluar menghirup udara segar, makan coklat, membaca buku favourite-ku, nonton (lagi) koleksi film romantis koleksiku, atau apalah. Yang penting aku senang melakukannya. Suka. Bahagia melakukannya.

Upss... Sudah dulu yaa... Kopiku mulai dingin...:)

Akulah Hujan

Akulah hujan. Panggil aku hujan. Rintikku akan menemanimu saat kesepian. Kau cukup duduk di depan jendela dan temui aku. Gemericikku akan memeluk sepimu.

Akulah hujan. Biarkan menetes di wajahmu. Menyusuri setiap lekuknya. Mengecup setiap mendung yang menggayuti. Kau tahu ? Aku paling tak mau melihat wajah sedihmu. Rasanya seperti ikut mengiris hatiku.

Akulah hujan. Aku pendengar setia. Kau boleh ceritakan apapun yang membebanimu. Resahmu. Marah dan sedihmu. Bahkan setiap tawa bahagiamu. Aku berjanji tak akan menyela. Aku ingin kau puas menumpahkan segala rasa. Agar kau nyaman di dekatku.

Akulah hujan. Jika kau ingin belajar tegar menghadapi sakit, keluarlah dan berlari bersamaku. Tubuhku yang serupa jarum akan mengajarimu bagaimana menerima rasa sakit. Kau akan terbiasa terluka. Luka yang akan membuatmu tegar. Kemudian tumbuh.

Akulah hujan. Mungkin aku tak selalu datang saat kau membutuhkanku. Tapi Setiap pagi aku menjelma embun. Menempel di kaca jendela kamarmu. Jangan dihapus. Aku ingin menghabiskan pagi bersamamu.

Akulah hujan. Aku sering merindumu. Kuselipkan bersama dinginku. Kau pasti merasakan. Dingin yang menggigit kulitmu. Saat kau merasakannya, kuharap kau tahu : Aku membutuhkanmu.

Akulah hujan. Hujanmu.



Jumat, 27 Mei 2011

No Ordinary Love

mencintaimu tak pernah biasa
malam selalu purnama 
dan siang senantiasa musim bunga

Adalah...

  • Adalah perih, saat datang sebuah tanya dan menjawabnya berarti membuka luka lama.
  • Adalah berat, saat mulai terbiasa dengan kebersamaan kemudian ditinggalkan.
  • Adalah sakit,  saat setelah semua yang di lakukan dibalas dengan penderitaan.
  • Adalah sedih, saat semua harapan yang di tanam berakhir kesia-siaan.
  • Adalah luka, saat kebaikan yang ada berakhir dengan air mata.

Tapi...
Adalah indah, jika kita bisa menerima semua itu dengan kesyukuran. Memahami, bahwa semua rasa itu hanyalah cara-Nya mendewasakan.

Semusim

Tak bisa melupakan sama dengan belum ikhlas melepaskan. Cara terindah melupakan seseorang adalah dengan mendoakannya. Doa-doa tulusmu untuknya akan menghantarkanmu pada keikhlasan melepaskannya.
---

Kamis, 26 Mei 2011

Kencan


Aku rindu kencan jalan pagi kita

: mewarnai langit pagi dengan tawa, mengumpulkan embun berdua (kita masukkan toples agar saat matahari menyengat kita masih bisa merasakan sejuknya), mendengarkan nyanyian harapan sang alam, saling menggenggam tangan, tatapan tak terlupakan...

Aku menyelipkan pesan di bawah bantalmu
"Kapan kita kencan jalan pagi lagi ?"
Saat terbangun dan membacanya kuharap ini jawabanmu
"Segera. Saat aku kembali"


Note :
Cepet pesen tiket...*kissy*

Melompati Waktu

Terkadang... Eh, bukan. Sering malah. Aku mengalami hal ini. Tiba-tiba saja teringat seseorang saat melihat sesuatu. Atau saat melewati suatu tempat. Bahkan saat mencium wewangian yang pernah aku kenal. Semuanya itu tiba-tiba saja seperti menyeretku kembali pada ingatan tentang seseorang. Seseorang yang pernah aku kenal sebelumnya. Melompati waktu dan menemuinya kembali.

Belum menemukan penjelasan pasti mengapa hal seperti ini terjadi. Tapi aku meyakini begini. Setiap orang yang pernah datang dalam kehidupan kita, siapapun dia, entah memberi kesan baik ataupun sebaliknya, pasti meninggalkan jejak di hati kita. Jejaknya bisa dalam, bahkan lebih, jika kita pernah memiliki perasaan tertentu kepadanya. Bisa benci, apalagi cinta. Jejak itulah yang membawa ingatan kita kembali kepadanya. Kembali kepada waktu, saat pernah bersamanya.

Saat jejak itu membawamu kembali melompati waktu, ada dua kemungkinan. Mungkin ingatan itu justru menyakitimu. Membuatmu kembali terluka. Ini artinya kau belum ikhlas melepaskan. Masih ada yang mengganjal. Belum terselesaikan. Hati-hati jika ini terjadi. Jangan sampai kau terjebak disana. Itu akan semakin membuatmu merana. Melepaskannya memang tak mudah. Tap kau bisa pelan-pelan melakukannya. Jangan kuatir, pikiran-pikiran positif yang terus kau bangun akan membantumu. Juga sang waktu. Dia akan menolong membalut lukamu.

Kemungkina lain, ingatan itu justru membuatmu bahagia. Membuatmu bersyukur pernah mengalaminya. Pernah merasakan sesuatu yang indah yang mungkin tak setiap orang mengalaminya. Ingatan yang membuatmu kembali ingin terus melompati waktu, dan betah diam di situ.

Di setiap kejadian tak ada yang sia-sia. Pasti ada maksudnya. Dan yang pasti juga ada pelajaran di sebaliknya. Begitu juga di dua kemungkinan yang kita alami saat melompati waktu. Kita bisa berkaca dari situ. Dari pantulan-pantulannya kita bisa mengambil hikmah. Menjadikannya sebagai pijakan agar semakin tegar melangkah di kehidupan selanjutnya. Jika ini mampu kau lakukan, tak ada salahnya terus melompati waktu. Ini akan semakin mendewasakanmu.

Mari melompati waktu. Dan biarkan dia mendewasakanmu.

note :
Ditulis saat asap cappucino yang membumbung, membawa kembali ingatan, melompati waktu. Menemuimu... Semoga selalu dalam kebaikan.

Menangis

Mengapa begitu mudah menangis. Tak pernah menemukan jawaban pasti. Mungkin air mata begitu mencintai pipi. Hingga sering kali ia menemuinya. Berlama-lama disana.

Tapi tak mengapa. Menangis bukan sesuatu yang buruk. Air mata justru membuat suasana lebih dingin. Lebih sejuk. Lebih jernih. Hingga aku bisa memandang segala sesuatunya lebih jernih pula. Hanya pintaku, jangan keras-keras jika engkau ingin menyekanya. Aku takut terluka.

Pernah. Diam-diam kaupun menangis. Mungkin kau tak tega melihatku menangis. Jangan malu. Air matamu dan air mataku akan bersatu. Bersama menyirami cinta kita. Dan kembali mewangi saat kesedihan membuatnya layu.

Tahukah kau. Menangis itu tanda cinta. Selama ada air mata, selama itu pula ada cinta. Aku menangisimu karena aku mencintaimu. Tanpa air mata aku yakin cinta telah pergi. Tempatnya digantikan ketidakperdulian.

Hingga sekarang, berember-ember air mata terus ku tampung. Kadang dalam diam. Entah sudah berapa banyak. Dan mataku masih terus menetes basah. Kusimpan di setiap sudut malam. Semoga saja masih banyak tempat tersisa. Karena cintaku, masih ada.

Rabu, 25 Mei 2011

Seperti Ilalang

Jika kau bertanya padaku seperti apa aku mencintaimu, akan kujawab :

Cinta, cintaku padamu seperti ilalang.
Tak perduli musim, dia terus tumbuh. Membanyak. Memenuhi padang hatimu. Meski dihancurkan, dia kembali bersemi. Kembali muncul. Untukmu. Walaupun angin membadai, dia tetap tegak di tempatnya. Tak akan tercerabut dan lalu. Berapapun banyak tanaman lain bermunculan di sekitarnya, dia tetap ada. Tidak tergeser. Saat kau menyiraminya dengan kasih, dia semakin tumbuh membanyak berserak. Tapi, jika semakin tumbuh tak terkendali dan mengganggumu, maukah engkau memagarinya dengan kata bijak agar tetap tertata rapi? Emm... Tunggu dulu. Tak perlu di jawab. Aku tahu pasti jawabanmu. :)


Saat mendengar apa yang kukatakan, kau pasti hanya tersenyum dan berkata, "Lebay, ah...".
I know you. Sangat.

Belajar Cinta

Belajar cinta. Tak usah buru-buru.

Biarkan getarannya memenuhi ruang hatimu dulu
Mengalir ke segenap aliran darahmu
Terus hanyut
Dan menjelma menjadi air matamu

Belajar cinta kadang butuh air mata
Membuatmu semakin mengerti
Apa itu C I N T A

Selasa, 24 Mei 2011

Hujan Itu Keikhlasan

Jika ingin belajar tentang keikhlasan, belajarlah dari sang hujan. Demi cintanya kepada bumi tak henti-henti diberikannya air kehidupan. Tanpa sedikitpun pernah mengharap balas atas apa yang telah diberikannya. Bahkan dia rela sang bumi memberikan air kehidupan yang telah diberinya kepada mawar untuk tumbuh dan mewangi.

Mungkin, kelihatannya menyedihkan. Seperti cinta tak berbalas. Tapi itulah sejatinya cinta. Hanya mencinta. Ikhlas mencinta tepatnya. Tanpa keinginan lain. Tanpa kata "karena" apalagi "seandainya". Hanya bahagia yang diinginkannya untuk yang tercinta.

Heii... Engkaukah Sang Hujan itu? Jika iya, two thumbs up buat kamu. :)