Senin, 30 Januari 2012

Kehilangan

 Penyesalan selalu datang di akhir,
mungkin agar kita selalu bijak bersikap di awalnya,
karena saat semuanya telah terlambat, tak ada lagi yang bisa dilakukan...
---
 
Aku rindu saat kau menemani malam-malamku dan kita berbincang tentang banyak hal. Kau begitu pandai membuatku tertawa. Menghiburku, mengusir mendung yang memberat di mataku sebelum ia jatuh menjadi gerimis di kedua pipiku. Meski malam terus meninggi, dengan sabar kau terus menemaniku, menungguiku hingga lelap membawaku menemui mimpi. Menyelimutiku, mengecup lembut pipiku sebelum pergi, sambil berbisik "mimpi indah, sayang".

Keesokan paginya kau kembali datang menemuiku, dengan setangkai mawar putih. Kau begitu mengerti aku. Bahkan kau tahu semua yang aku suka, mawar putih itu salah satunya. Mungkin hanya setangkai mawar, tapi harumnya mampu meberi wangi hari yang kulalui. Setiap mengulurkan tangkainya, tak pernah lupa kau berpesan "awas durinya, aku tak mau kau terluka karenanya".

Untuk semua malam-malam yang kau jauhkanku dari duka.
Untuk semua hari-hari yang kau taburi wangi bahagia.
Terimakasih.

Yah, terimakasih... Kata yang tak sempat kuucapkan padamu. Bahkan sering mengukir luka di hatimu. Itukah yang membuatmu pergi? Berjalan menjauh, meninggalkanku sendiri tergugu. Bahkan air mataku yang terus menderas tak mengehentikanmu. Tak memperdulikan teriakan ma'afku yang memohon pilu. 

Dan kini,  yang bisa kulakukan hanya memandangi punggungmu yang semakin menjauh, dengan hati patah, dengan hati berdarah.

Ah, betapa bodohnya aku...

Rabu, 11 Januari 2012

Beri Aku Cinta


beri aku cinta, tapi tanpa jatuh
jatuh itu sakit, sangat
bagaimana kalau kita melayang saja 
bergandengan tangan kita melayang
terbang menjemput rembulan
menari di bawah hujan
memetik pelangi
terus melayang
tanpa pernah jatuh
tanpa pernah sakit

Senin, 09 Januari 2012

Padamu : (12) Terlambat

Kau tahu kekasihku, jatuh cinta padamu membuatku mengerti dua hal. Cinta yang kurasakan menjauhkanku dari mendung duka, tapi juga mendekatkanku pada ketakberdayaan yang melukakan. Saat aku berpikir telah menemukan kebahagiaan, tetiba aku jatuh ke dalam jurang yang gelap. Gelap yang membuatku sesak. Lama kelamaan aku menjadi sulit bernafas, dan akhirnya lemas tak berdaya. Aku mencoba bangkit kembali dan berjalan. Berusaha mengukir senyum di bibir seolah aku baik-baik saja. Tapi kenyataannya aku tidak baik-baik saja. Aku terluka.

Ketika  kau begitu jatuh dalam cinta, itu sama artinya kau terjebak dalam api yang membara. Api yang membakar sekujur jiwamu, Tak ada lagi tempatmu berlari. Api cinta terus mengikutimu, membelenggumu, membuatmu hangus terbakar. Dan saat kau menyadarinya, semua telah terlambat. Tak ada pilihan untukmu selain meluruh bersamanya menjadi abu. 

Begitupun aku.

Saat kita begitu mencintai seseorang, terkadang kita lupa mencintai diri sendiri. Rela terluka demi cinta yang kita pikir akan memberi kebahagiaan. Tapi jalan takdir manusia tak selalu seperti yang kita inginkan. Kau yang semakin tak perduli, dan aku yang semakin berlebih mencintaimu. Kau yang terus menjauh, dan aku yang semakin kelelahan berusaha meraih pelukmu. Lalu di titik mana pada akhirnya kita akan menyatu? 

Atau memang sudah waktunya aku berhenti. Kembali membenahi hati. Menyiapkan ruang di dalam hati untuk sebuah keikhlasan. Keikhlasan untuk melepasmu. Aku yang telah meng-abu, sudah terlambatkah untuk semua itu...


Sabtu, 07 Januari 2012

Letih

akulah rindu, dan kau pintu yang kutuju
ditemani waktu aku terus berdiri di depanmu
mengetuk, menunggu
sungai kecil di pipiku tak lagi mengalir
ketakperdulianmu membuatnya mengering

akulah rindu, dan kau pintu yang kutuju
dengan sisa nafas kuteriakkan cintaku
agar suaranya mampu menyentuh hatimu
dari hari ke hari suaranya meletih tak berdaya
dan kau tetap terkunci bersama diammu

padahal aku begitu ingin pulang 
kepelukanmu, merebahkankan segala tenang