Jumat, 30 September 2011

Semakin Jatuh

Dear Kamu...

Jika setiap jalan takdir manusia telah ditulis-Nya bahkan sebelum kita dilahirkan di muka bumi ini, aku percaya Dia-pun menuliskan bab tentang takdir jatuh cinta untuk setiap manusia. Termasuk untukku, juga kamu. Semua sudah diatur-Nya. Pada siapa kita jatuh cinta, lengkap dengan jam, hari, tanggal, tahun kejadiannya. Juga detail kisah-kisah romansa yang mengiringinya. Dengan demikian aku sangat percaya bahwa : Setiap manusia pasti jatuh cinta. Kamu tak percaya ? Aku bukannya sekedar berkesimpulan tanpa bukti. Hampir setiap hari yang aku lalui aku melihat orang-orang yang jatuh cinta. Di sekitar rumah, di angkot yang kunaiki tadi, di jalanan, aku melihat dimana-mana ada orang yang sedang dicintai dan mencintai. Mereka saling jatuh cinta. Dan juga aku. Berbahagialah aku yang sedang jatuh cinta padamu. Kamu tahu rasanya bukan. Seperti ada banyak kupu-kupu berterbangan di perutku setiap di dekatmu.

Kemudian aku belajar : Jatuh cinta itu sepaket dengan air mata. Mungkin kedengarannya aneh, tapi begitulah adanya. Kamu pernah membaca puisi-puisi cinta ? Disana dapat kau raba betapa kata-kata yang mereka tuangkan dalam bait puisi sarat dengan air mata. Entah air mata kerinduan, air mata penantian, air mata cinta yang tak sampai, bahkan air mata pengkhianatan. Akupun membuktikan. Jatuh cinta padamu sering membuatku melewatkan malam-malam dengan air mata kerinduan. Begitu hebatnya aku merindukanmu, hatiku terasa sesak. Sesak yang membuncah dan membuat kedua mataku tak sanggup lagi menahannya, dan akhirnya jatuh menetes diam-diam di sepanjang kesunyian malam. Tapi tak mengapa. Itu konsekuensi jatuh cinta. Air mata justru membuktikan betapa cintaku padamu begitu dalam. Air mata juga akan menguatkanku, mengajariku agar semakin mengerti tentang cinta.

Dan ini yang terakhir, aku belajar bahwa : Jangan pernah memendam rasa cinta. Menyimpan cinta sendiri itu berat, dear. Rasanya seperti menyimpan gunung berapi dalam hati. Bergolak, berusaha mencari jalan untuk keluar, dan akhirnya tak tertahankan, keluar mengalir menjadi kata-kata cinta yang sering kusampaikan padamu. Kamu tahu ? Sebenarnya tak mudah menyampaikannya. Butuh keberanian penuh untuk mengatakannya padamu. Tapi kupikir bukan diriku saja, siapapun dia, sekuat apapun dia, pasti akan terlihat tak berdaya di hadapan orang yang dicintainya. Jadi jika saat ini kukutakan aku mencintaimu, kuharap kau mengerti itu, menghargainya sebagai ketulusanku yang benar-benar telah jatuh padamu.

Yah... Aku telah semakin jatuh padamu, dan sepertinya aku tak ingin bangun kembali...

Kamis, 29 September 2011

Yang Telah Berlalu

dan...
wangi kopi yang terbawa asapnya yang membumbung 
tiba-tiba menyatukan mozaik-mozaik masa lalu yang berhamburan di langit senja
masa yang pernah kita lewati bersama
masa yang pernah mengajarkan kita mengeja arti bahagia
sebelum ia menguap kemudian menjadi dingin
meninggalkan ampas pahit yang menghitam di dasar hati

Selasa, 27 September 2011

Hening

di antara kau dan aku
bisu meski hati sesak dipenuhi kata yang ingin terucap
hening adalah satu-satunya bahasa diantara kita
tapi ia seakan memiliki jantung
yang menghela nafas cinta
denyutnya terasa satu demi satu
membawa apa yang tak mampu terkatakan
sejenak melayang berayun di udara
kemudian seperti gelombang ia terus mengalir
berakhir dan berlabuh di hati kita

Minggu, 25 September 2011

Jika Kau Bertanya...

jika kau bertanya apa itu cinta
lihatlah dengan hatimu kedua mataku
cahaya cinta meninggalkan jejak berkilau disana

jika kau bertanya mengapa bisa begitu
tulus dari dalam jiwaku akan kujawab
semua itu karena kamu

jika kau masih bertanya mengapa harus kamu
jujur aku tak tahu pasti harus menjawab apa
karena kata-kata tak pernah cukup untuk menyampaikan isyarat hatiku

ps :
entah untuk yang keberapa kalinya, hanya ingin bilang : aku mencintaimu...

Jumat, 23 September 2011

Mengecup Luka

Jejak-jejak sunyi tertinggal bersama waktu yang terus meluruh. Setiap jejak telah memenuhi takdir yang digariskan-Nya. Terkadang ada tangan yang menuntun, juga hati yang mau mendengar. Tapi tak ada yang benar-benar mengerti, sedalam apa luka yang tergores saat takdir menggariskan jejak berlumur duka. 

Begitupun aku. Tertatih menapakinya. Terkadang senyum yang menghiasi bukanlah yang sebenarnya. Senyum hanya menjadi wakil dari kata-kata yang enggan mengumbar luka. Bagaimanapun luka bukanlah benih yang patut disebar kemana-mana. Tumbuh di sembarang tempat yang mungkin saja justru mengganggu dan menimbulkan masalah bagi orang lain. Menanamnya di dalam ladang hati sendiri dan menikmati sendiri bunga laranya adalah pilihanku. Tapi terkadang hati tak mampu menampungnya lagi, saat luka begitu subur tumbuh di dalam hati. Akarnya menjalar tak terkendali, mendesak, menghimpit kekuatan yang tersisa dalam sesak. Menghadirkan ketidakberdayaan yang sempurna.

Disinilah langkah sampai pada titik batas kemampuan menyimpannya. Tersadar dalam sunyi bahwa sebenarnya "aku tidak baik-baik saja". Air mata menjadi begitu rajin mengalir, memberi kabar pada bumi atas ketabahan yang mulai ingin beranjak pergi. Dalam kesunyian mengalir diam-diam. Sendiri. Tak seorangpun mengetahui. Tapi cerita-cerita lain yang juga diberikan-Nya segera menyekanya. Mengeringkannya. Begitu berulang : Menangis sendiri, mengering sendiri.

Menyadari sepenuhnya, bahwa sebenarnya apa yang kita rasa hanyalah sejauh apa yang kita pikirkan. Begitulah hidup. Aku hanya harus mencoba mengerti. Melihat dari sisi lain. Dan bukan hanya terpaku pada luka. Segala perih silahkan datang. Tak peduli aku akan tetap melangkah menerjang. Akan kukecupi semua luka. Menjaganya hingga perih tak lagi terasa. Akan kubagi ruang dalam jiwaku untuknya, menapaki tiap serpihan hidup bersamanya. Tak akan kupaksakan dia berlalu. Karena aku tahu akan tiba masanya dia sendiri yang akan beranjak pergi. Aku hanya harus terus mengecupinya, membalutnya hingga luka itu mengering. Tak ada yang tahu kapan saat itu tiba, begitupun aku. Tapi aku akan bersabar. Terus menemani lukaku, terus mengecupi lukaku. Tak perduli ada yang menyempatkan hati untuk mengerti atau berpaling pergi. Takdir adalah kesunyian masing-masing, dan aku tak keberatan dengan semua ini.

Akan tetap kujalani hidupku. Menggapai segala impianku. Meski di ruang hati yang lain luka masih ada mengiringi. Menyadari dan mengerti apa yang diinginkan-Nya dalam hidup, dan berusaha mewujudkannya dengan setiap tetes keringat dan darah yang mungkin kupersembahkan, itu sudah cukup.

Senin, 05 September 2011

Padamu : (3) Rindu

Menembus dingin malam, berjalan perlahan menuju beranda hatimu. Aku tinggalkan sebentuk rindu di situ. Tepat di depan pintumu.

Aku tak tahu pasti apa yang akan terjadi pada rindu itu. Mungkin angin malam akan meniupnya pergi jauh, hingga sampai ke negeri bernama entah. Dan mungkin juga suatu saat rindu itu akan kembali lagi sebagai harap. Harap yang memiliki sayap-sayap kuat yang pada akhirnya sanggup membawamu terbang, kembali dalam hangat rengkuhku. Seperti dulu.

Aku tinggalkan sebentuk rindu di situ. Berbisik sebaris doa, saat pada akhirnya kau membuka pintu, ia belum membeku.