AKU SUKA HUJAN
: saat hujan dan segala rasa mengalir dalam kata-kata
Sabtu, 03 November 2012
Sabtu, 20 Oktober 2012
Tahukah Kau
Tahukah kau, dimana diam-diam kusembunyikan
bahagiaku? Terkadang, disepasang teduh matamu saat menatapku, tapi lebih
sering di hangat pelukanmu.
Selasa, 25 September 2012
Rindu Itu
rindu itu laci
keping kenangan berserak disini, membukanya kau akan mengerti, ada hal-hal yang tak mungkin akan terganti
rindu itu pintu
tempat harapan menemanimu menunggu, bersamanya kau akan setuju, untuk cinta yang kau yakini tak ada kata ragu
rindu itu hujan
meneteskan keinginan-keinginan yang tertahan, ditemaninya kau akan diajarkan, mencintai berarti sanggup menahan segalanya dalam kesabaran
rindu itu ombak
menghanyutkan segala doa dari dada yang sesak, dengannya kau akan membijak, bahwa kepasrahanmu pada-Nya akhirnya terletak
keping kenangan berserak disini, membukanya kau akan mengerti, ada hal-hal yang tak mungkin akan terganti
rindu itu pintu
tempat harapan menemanimu menunggu, bersamanya kau akan setuju, untuk cinta yang kau yakini tak ada kata ragu
rindu itu hujan
meneteskan keinginan-keinginan yang tertahan, ditemaninya kau akan diajarkan, mencintai berarti sanggup menahan segalanya dalam kesabaran
rindu itu ombak
menghanyutkan segala doa dari dada yang sesak, dengannya kau akan membijak, bahwa kepasrahanmu pada-Nya akhirnya terletak
Seluas Semesta
Kehidupan tak mengenal kebetulan. Semua sudah diatur dan ditata rapi sedemikian rupa untuk suatu alasan. Juga sakit hati misalnya. Terkadang, kamu butuh sakit hati untuk menyadari yang kamu rasakan adalah cinta atau bukan. Saat sakit itu hadir, betapapun nyeri merajam, tapi hatimu masih selalu kembali padanya, menginginkannya, itu cinta. Pun, berlaku sebaliknya.
Begitu hebatnya Tuhan merancang skenario sakit hati ini. Seperti aku padamu. Tak ada hubungan yang sempurna. Sakit hati terkadang mewarnai. Tapi sejauh ini sakit itu justru membawaku semakin jatuh padamu. Memang butuh proses, mungkin karena hatiku tak terlalu luas untuk mema'afkan. Hingga butuh waktu lama untuk sebuah kata ma'af dan melebur luka.
Dan malam ini, aku akan berdoa. Meminta pada-Nya agar diberi hati yang luas. Seluas semesta. Agar aku punya banyak ruang untuk menyimpan banyak kata maaf di dalamnya. Agar aku mudah mengampuni. Agar saat sakit hati hadir, aku bisa segera mengusirnya dengan ma'af. Yah, hati seluas semesta. Karena seluas semesta pula aku ingin mencinta.
Selamat malam, sayangku...
Begitu hebatnya Tuhan merancang skenario sakit hati ini. Seperti aku padamu. Tak ada hubungan yang sempurna. Sakit hati terkadang mewarnai. Tapi sejauh ini sakit itu justru membawaku semakin jatuh padamu. Memang butuh proses, mungkin karena hatiku tak terlalu luas untuk mema'afkan. Hingga butuh waktu lama untuk sebuah kata ma'af dan melebur luka.
Dan malam ini, aku akan berdoa. Meminta pada-Nya agar diberi hati yang luas. Seluas semesta. Agar aku punya banyak ruang untuk menyimpan banyak kata maaf di dalamnya. Agar aku mudah mengampuni. Agar saat sakit hati hadir, aku bisa segera mengusirnya dengan ma'af. Yah, hati seluas semesta. Karena seluas semesta pula aku ingin mencinta.
Selamat malam, sayangku...
Selasa, 04 September 2012
Sajak Malam
diantara kelam malam
cahaya lampu berpendar memeluk bisu segala dingin
sedang di langit bintang sembunyi
menghilang bersama putaran waktu
dan hujan
tetiba berjatuhan membawa nyeri
tapi aku masih saja berjalan
mencari dimana hatiku kau sembunyikan
---
dan hujan
tetiba berjatuhan membawa nyeri
tapi aku masih saja berjalan
mencari dimana hatiku kau sembunyikan
Senin, 13 Agustus 2012
Melupakanmu
Jika saja semudah bernafas,
tak butuh jutaan waktu untuk melupakanmu, tak perlu jutaan tetes air
mata untuk menghapus senyummu, tak akan ada jutaan duka untuk merepih
hangat pelukmu.
Kita tak lagi berada di musim yang sama, kau di sana menikmati musim semi bertabur bunga, sementara aku di sini masih terus berpayung di tengah hujan mencarimu.
Bantu aku melupakanmu.
Menghilanglah seperti sehelai daun yang jatuh di sungai, hanyut hingga ke muara dan tak pernah lagi akan kembali.
Kita tak lagi berada di musim yang sama, kau di sana menikmati musim semi bertabur bunga, sementara aku di sini masih terus berpayung di tengah hujan mencarimu.
Bantu aku melupakanmu.
Menghilanglah seperti sehelai daun yang jatuh di sungai, hanyut hingga ke muara dan tak pernah lagi akan kembali.
Bisa?
Kamis, 19 Juli 2012
Jauh
Kau tahu, sayangku...
Saat jarak
menyembunyikanmu dari mataku, jauh, waktu yang mengiringi seolah berubah
menjadi pisau.
Menyayat hati berkali-kali. Dengan sabar aku
mengobatinya, membalutnya.
Tapi terkadang nyeri yang terasa tak sanggup
kutanggung sendiri.
Dia mendesak, berlari menuju kepala, menciptakan mendung di
sana.
Terus menebal tanpa bisa kutahan lagi. Memberat, dan akhirnya menjelma air mata. Jatuh perlahan, mengelus lembut kedua pipi.
Kau tahu?
Kau tahu?
Langganan:
Postingan (Atom)