Jumat, 27 April 2012

Perempuan Pengeja Pagi

dari balik kaca jendela yang dipenuhi bulir hujan, perempuan itu mengeja pagi
langit menjatuhkan hujan, juga kenangan
selalu begitu, hujan memantulkan bayangan-bayangan
tentang cinta, tentang luka
diantara dingin pagi hujan menderas, lalu ada lara yang keluar menumpang air mata

selalu begitu...
--


Rabu, 25 April 2012

Dengan Hati-(Hati) Aku Mencintaimu

Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti gadis kecil yang melompat kesana kemari menghindari genangan air, tak menginginkan sepatunya basah. Padahal gerimis semakin menderas, jatuh dari langit serupa jarum-jarum tajam menusuk kulit, tapi tak dirasakannya. Begitupun aku. Setengah mati aku berusaha menjauh dari luka. Berlari, mencari tempat sembunyi. Terkadang di senyummu, tapi lebih sering di sepasang teduh matamu.

Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti pemetik mawar yang perlahan-lahan mematahkan ranting agar kelopaknya tak jatuh berhamburan ke tanah. Padahal angin begitu kencang berhembus, hanya sekejap mata sapuannya mampu memporak-porandakan sekitarnya, tapi ia tetap bertahan. Begitupun aku. Sepenuh cinta aku menginginkanmu. Meminta, memohon kau membuka pintu hatimu. Mengijinkanku masuk agar segala bahagia dapat kuukir di situ.

Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti pengantin perempuan yang berjinjit mengangkat gaunnya tinggi-tinggi, tak mau tanah mengotorinya. Padahal setiap pijakannya adalah lumpur, yang hanya sekali percik akan menoda di gaunnya, tapi ia terus berusaha. Begitupun aku. Dengan kesabaran aku menunggumu. Menahan nyeri, berusaha mendiamkan ngilu hatiku yang hampir mampat dipenuhi rindu.

Dengan hati-hati aku mencintaimu...

Senin, 23 April 2012

Khayalan

Bisakah kau berhenti menjadi khayalan belaka? 
Mengapa kau tak mewujud saja. 
Hadir nyata. 
Keluar dari angan-angan yang terus meraja.

Mungkin hanya sang waktu yang akan menjawab pertanyaan itu.

Menyusuri setiap sudut hati mencari pasti.
Adakah khayalan akan terus serupa fatamorgana.
Yang terus hadir tanpa pernah bermakna.
Tapi cinta terkadang membutakan segalanya.
Menutupi kenyataan atas hasrat yang tak rela ia ada.
Hingga khayalan terus bertahta.

Selasa, 10 April 2012

Jatuh (Cinta)

Mengapa disebut "jatuh" cinta? Mengapa jatuh, bukan kata yang lain. Melayang atau terbang barangkali. Mengapa jatuh, yang biasanya selalu diiringi rasa "sakit". Meski sakit tak selalu identik dengan sesuatu yang buruk. Sakit pun Tuhan berikan agar kita bisa belajar banyak dalam kehidupan ini. Begitu aku selalu meyakini.

Saat kau mulai jatuh cinta dan mencintai, salah satu konsekuensi yang akan kau tanggung adalah rasa sakit. Tak ada yang menginginkan rasa sakit, tapi itulah yang harus kau terima. Kau tak akan mampu mengelaknya, pecinta sejati harus berani menanggungnya. Menikmati dan kemudian memaknai rasa sakit itu.

Sakit yang kau rasakan bukan hanya disebabkan hati yang patah karena ditinggalkan, dikhianati, jatuh cinta bertepuk sebelah tangan, mencintai orang yang salah, dan seterusnya. Bahkan saat kau merindukan dia yang kau cintai, sakit itu bisa kau rasakan. Sakit, lebam dihantam rindu di setiap detiknya, ngilu di sekujur hati. Seperti yang kurasakan malam ini. Padanya.

Yah, mungkin itu kenapa mereka menyebutnya "jatuh" cinta. Saat kau terjatuh dalam cinta, mencintai, "sakit" itu akan mengiringi.

Note :
Dear... Merindumu tak pernah sesakit ini. Kau rasa-kah?