Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti gadis kecil yang melompat kesana kemari menghindari genangan air, tak menginginkan sepatunya basah. Padahal gerimis semakin menderas, jatuh dari langit serupa jarum-jarum tajam menusuk kulit, tapi tak dirasakannya. Begitupun aku. Setengah mati aku berusaha menjauh dari luka. Berlari, mencari tempat sembunyi. Terkadang di senyummu, tapi lebih sering di sepasang teduh matamu.
Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti pemetik mawar yang perlahan-lahan mematahkan ranting agar kelopaknya tak jatuh berhamburan ke tanah. Padahal angin begitu kencang berhembus, hanya sekejap mata sapuannya mampu memporak-porandakan sekitarnya, tapi ia tetap bertahan. Begitupun aku. Sepenuh cinta aku menginginkanmu. Meminta, memohon kau membuka pintu hatimu. Mengijinkanku masuk agar segala bahagia dapat kuukir di situ.
Dengan hati-hati aku mencintaimu. Seperti pengantin perempuan yang berjinjit mengangkat gaunnya tinggi-tinggi, tak mau tanah mengotorinya. Padahal setiap pijakannya adalah lumpur, yang hanya sekali percik akan menoda di gaunnya, tapi ia terus berusaha. Begitupun aku. Dengan kesabaran aku menunggumu. Menahan nyeri, berusaha mendiamkan ngilu hatiku yang hampir mampat dipenuhi rindu.
Dengan hati-hati aku mencintaimu...