Ada semilir angin di luar sana. Bertiup lembut kemanapun yang di inginkannya. Menyentuh dedaunan, rumput, juga mawar merah itu. Menyentuh apapun yang dimaunya. Sama seperti cinta, terkadang kau harus membiarkan cinta pergi kemanapun yang diinginkannya. Menyentuh hati siapapun yang disukanya. Itu lebih menenangkan, daripada kau berusaha menahannya dan membohongi hatimu sendiri.
Kemudian, tiba-tiba aku sudah larut ke dalam matamu. Tatapanmu yang teduh begitu membius. Seolah berkata, "Aku disini untukmu, menjagamu". Mengalirkan ketenangan hingga jauh ke dalamku. Yah, ketenangan. Seperti air. Kamu begitu menenangkan. Aku betah di dekatmu. Kau tahu itu ?
Lalu, aku memanggilmu Sang Air. Kehadiranmu memang menenangkanku. Tapi terkadang kau begitu deras mengalir. Membawa gelombang dan kemudian menyeret dan menghanyutkanku tanpa daya. Aku mencoba mencari pegangan agar tak semakin jauh terhanyut. Dan semua sia-sia saat aku sadari aku justru semakin tenggelam.
Aku begitu menyukai hujan, lalu aku begitu tergila-gila padamu. Aku jatuh cinta padamu seperti aku jatuh dan mencintai hujan. Hujan dan air. Mungkin itu takdir yang mempertemukan kita. Bahkan, pernah, kau menginginkanku menjadi hujan yang turun merintik perlahan. Hingga tak merusak lapisan tanah di atasnya. Turun kemudian meresap ke dalam tanah dan memberi kehidupan. Itu yang kamu katakan. Aku mengingatnya seperti itu : Kau hanya menginginkanku menjadi hujan yang turun merintik perlahan. Hanya sebatas itu.
Angin mengusap pipiku. Menyadarkan lamunan. Aku merasa seperti perempuan bodoh. Aku tidak bisa memilikimu. Kau memilikinya, mencintainya. Aku yakin seperti itu. Tapi tak mengapa. Aku hanya ingin mencinta. Dan kau tetaplah berada di sana. Di tempatmu yang semestinya. Tetap mengalir memberi ketenangan. Juga kuharap kebaikan. Seperti air yang terus mengalir memberi kebaikan pada setiap yang dilaluinya. Tanpa harus merasakan, memiliki yang sesungguhnya.
Aku memanggilmu Sang Air.
Kau datang mengalir membawa ketenangan.
Begitu saja...
---
Note : Dedicated to my best friend.
"Cinta tak harus memiliki". Sepertinya klise, tapi aku setuju. Saat akan ada banyak hati yang terluka, mencintai bukan berarti harus memiliki...
air yang berat kah?? :)
BalasHapus