Sabtu, 28 Mei 2011

Secangkir Kopi

Aku suka kopi. Ralat. Sangat suka kopi. Seperti ada kenikmatan tersendiri saat mencium harumnya, kemudian merasakan cairan pekat itu melewati lidah dan kerongkongan, pada akhirnya berakhir hangat di perutku. Entah hanya perasaanku saja atau memang semua penikmat kopi merasakannya, setelah menyesapnya pelan-pelan ada ketenangan tersendiri yang kemudian hadir.

Hidup inipun seperti secangkir kopi. Ada kalanya terasa pahit. Tapi layaknya seorang barista bukankah kita bisa membuat secangkir kopi yang pada mulanya pahit menjadi secangkir kopi yang lebih manis. Atau mungkin mengubah cita rasa yang lain, bukan hanya menambahkan gula tapi juga susu, atau coklat. Secangkir kopi yang pada awalnya pahit sekarang berubah menjadi secangkir kopi yang lebih nikmat dari sebelumnya.

Begitupun hidup. Saat kepahitan datang, kita tetap bisa membuatnya agar tak hanya getir yang kita rasakan. Hanya diam dan menyesalinya tak akan mengubah pahit itu. Berbuat sesuatu. Melakukan sesuatu untuk mengurangi pahit. Dan yang biasa aku lakukan saat pahit datang, first, aku mencoba menata hati, berdamai dengan diri, mencoba tetap berpikir positif. Terkadang sulit, karena pada dasarnya manusia selalu menginginkan yang manis dan tak mau menerima pahit. Tapi menurutku ini hanya soal pembiasaan. Saat kau mulai terbiasa melakukannya, untuk selanjutnya akan lebih mudah lagi melakukannya. Dan untuk lebih menetralisir lagi aku melakukan apa saja yang aku suka : keluar menghirup udara segar, makan coklat, membaca buku favourite-ku, nonton (lagi) koleksi film romantis koleksiku, atau apalah. Yang penting aku senang melakukannya. Suka. Bahagia melakukannya.

Upss... Sudah dulu yaa... Kopiku mulai dingin...:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar