Minggu, 29 Mei 2011

Sepi

Aku tahu. Bukan hanya aku saja yang merasakan. Tapi juga kamu. Itu konsekuensi dari berjauhan. Konsekuensi yang sama-sama kita mengerti. Jarak menghadirkan rasa itu. Mereka menyebutnya sepi. Rasa yang kadang membuatku tak karuan. Sepi seperti memiliki tangan-tangan kekar yang siap mencekik kapan saja. Membuat sesak dan sulit bernafas. It's okey. Aku bisa mengatasinya kok... Mencoba terus menikmatinya meski kadang dengan setengah hati.  Aku menyelipkan bayanganmu di setiap lipatan-lipatan sepiku. Juga kenangan-kenangan kita sebagai pemanisnya. Aku yakin, itu alasan yang membuatku mampu menghadapi "sang sepi". Kamu. Dan segala tentangmu. Emm... Satu lagi alasan. Harapan-harapan kita. Kau mengingatnya bukan?
---

* Sepi itu ketika di sekelilingmu banyak orang tapi engkau merasa seperti berada di tempat yang bernama 'entah'. Sendirian.

* Sepi itu kadang membuatmu hanya ingin rebah di atas bantal. Menyelipkan kedua tanganmu di bawahnya. Dan membiarkan sudut matamu diam-diam mengalirkan air mata.

* Sepi itu udara yang bebas kau hela. Tapi tetap saja terasa hampa.

* Sepi itu seperti lagu-lagu mellow. Menyayat hati. Hancur berserpih mengalir bersama nadi.

* Sepi itu menghadirkan kerinduan. Dan itu padamu.

* Sepi itu sesuatu yang tak berani datang jika kau ada di dekatku. Mungkin dia takut padamu. Kau memang pandai menjagaku. Tak kau ijinkan sepi menyentuhku meski hanya sebentar. Terimakasih untuk itu.

* Sepi itu... aku tanpamu...


ditulis sore hari, di salah satu ruangan hati, bernama sepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar