diantara kau dan langit,
aku adalah hujan,
yang senantiasa luruh dalam ribuan kerinduan
barangkali malam adalah tempat untukku,
menyembunyikan segala gerimis,
dari tatapan matamu yang serasa candu
cinta membuatku mampu menangkap bayanganmu,
di antara basah dedaunan,
yang tabah memeluk dingin angin malam
kesedihan telah menggigit kata-kata hingga tak berdaya,
tinggal sepiku yang kelu, biru, bisu,
mengalirkan perihnya dalam tetes air mata
tapi keabadian ternyata masih ada,
saat kuingat kedua lenganmu yang mendekap hangat tubuhku,
erat tanpa jeda
kau semesra puisi-puisi cinta,
yang kusembunyikan lewat sentuhan-sentuhan kita,
kemudian abadi dalam ingatan
yang kumengerti hanya mencintaimu,
luka akan kunikmati,
sepi akan kujalani
kebahagiaan hanyalah tujuan,
dan kita terkadang hanya tak mampu,
menemukan jalan pulang
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar