Tuan, kehadiranmu telah menempati ruang di hatiku. Kau sendiri dan berkuasa di situ. Tapi sepertinya kau tak puas hanya diam di hatiku. Kemudian, perlahan tapi pasti bersama darah kau mengalir menuju kepalaku. Meninggalkan jejak-jejak gelisah yang terus berlompatan ke segala arah. Membuatku terus meresah.
Sesampainya di kepala kau membelah diri. Masing-masing kau terus membelah dan membelah tanpa henti. Semakin banyak. Beribu, berjuta, entah akupun tak sanggup lagi menghitungnya. Di hatiku kau memang sendiri saja, tapi di kepalaku kau begitu banyaknya, menguasai luas rasa tanpa sedikitpun menyisakan jeda.
Tanpa perduli kau terus membanyak. Seluruh kau memporak porandakan segalaku. Menghancurkan tubuh dan jiwaku. Memaksa air mata menemui pipi, lalu dengan perih menuju ke hati. Kemudian kau pergi. Tapi tak semua kau bawa berlari. Kau tinggalkan bayanganmu yang serupa belati terus menyiksa diri.
Bisakah kau jemput dia dan juga membawanya pergi? Tak ada lagi yang tersisa, semuanya telah kau miliki. Aku hanya ingin membenahi diri. Pergilah Tuan, bawa serta segalamu, juga bayanganmu. Dan kumohon jangan kembali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar