Selasa, 08 November 2011

Padamu : (8) Hujan Malam Ini

Aku suka mendengarkan suara hujan yang jatuh di atas genting. "Tik tik tik...". Begitu teratur. Keteraturan yang menenangkan. Berbaring, mendengarkannya diam-diam, menekuk lutut hingga kedadaku, memeluknya erat-erat dengan kedua tangan, dan kamu di ingatan. Itu yang sering terjadi. Suara hujan di atas genting selalu mengantarkanmu ke dalam ingatanku.

Hujan dan mengingatmu. Romantis bukan? Mendengarkan suara hujan dan juga mengingatmu. Mengingat kamu yang pernah memberi rasa. Mengingatmu yang juga mengambil rasa itu, dan pergi tanpa memberi kepastian. Tapi aku tak pernah melupakannya. Tepatnya aku belum lupa. Aku bahkan menantimu. Masih menantimu. Bunyinya selalu mampu membiusku. Mengingatkanku pada sosok yang sama. Sosok yang pernah ada, sekaligus tak lagi ada. Kamu. 

Yah, padamu. Apakah kamu merasakannya? Merasakan ada yang tengah memikirkanmu, saat kau dengar suara hujan di atas genting. Tik tik tik... Dengarkan. Resapi. Rasakan. Kamu tak akan pernah salah menduga. Diantara gemericik bunyinya aku mengingatmu. Aku merindumu. Sangat. Begitu detail aku mengingatmu. Punggungmu, senyummu, suaramu, baumu, hangatmu. Aku ingat. Begitu detail aku merindumu. Semua yang ada padamu aku rindu. Bahkan caramu memandangku dengan mata teduhmu. Aku rindu.

Malam ini hujan kembali jatuh. Tik tik tik... Aku kembali mendengarkan suaranya dalam diamku. Aku kembali mengingatmu. Derasnya serupa rinduku. Rindu berada dalam pelukanmu. Seperti dulu. Tapi malam ini bunyinya membawaku pada sebuah renungan : adakah rindu ini hanyalah kesia-siaan? atau, adakah bahagia yang indah di ujung rindu, seperti indahnya pelangi setelah hujan ?

Tak ada jawaban. Hanya terdengar bunyi hujan. Tik tik tik... 

Aku menyelipkan harapan di antara gemericik bunyinya. Semoga kamu segera datang, dan memberiku sebuah jawaban.

Bilakah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar