Kamis, 02 Juni 2011

Pencuri

Di setiap pertengahan tiga puluh hari yang berlalu, malam mencuri cahaya matahari. Diberikannya kepada rembulan, agar wajahnya penuh berseri. Kemudian aku mengenalinya sebagai purnama.

Di setiap akhir tangisannya, pun hujan mencuri cahaya matahari. Meletakkannya di sela-sela sisa air matanya, agar berpendar penuh rona warna-warni untuk menghibur hatinya. Kemudian aku memanggilnya pelangi.

Lalu, di setiap waktu yang mengalir di antara kita, engkau mencuri hatiku. Meninggalkan degup-degup kencang yang tak mampu teruraikan pasti oleh kata. Dan aku, menyebutnya cinta.

Malam, hujan dan engkau. Pencuri yang datang tanpa di undang tapi pada akhirnya menghadirkan keindahan di bibir rasa. Seperti halnya matahari, akupun tak keberatan dicuri. Curilah hatiku. Sebanyak engkau mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar