Seperti sepatu, dia tak pernah berteriak meski terinjak. Semua di telannya sendiri. Suka, bahagia, sakit, bahkan air mata. Tak banyak berkata. Semua rasa dinikmatinya. Tanpa keluhan sepatahpun yang keluar dari bibirnya.
Seperti sepatu yang tak pernah pergi berlalu meski si pemilik berkaki bau, begitu juga dirinya. Segala kekurangan diterima. Dia mengerti benar apa arti "nobody perfect". Cadangan toleransinya tinggi. Dia sangat memahami segala kekurangan orang yang dicintainya. Dia mencintai dengan penuh. Lengkap dengan segala kekurangan yang ada.
Seperti sepatu, dia sangat setia. Mengikuti kemanapun. Di jalan berbatu, aspal yang licin, bahkan comberan sekalipun. Apapun yang dikatakan dan dilakukan orang yang dicintainya, dia mengamininya. Tak ada kata menolak. Baginya itu wujud dan bukti cintanya.
Seperti sepatu, dia rela tersingkir demi sepatu lain yang hadir. Yang lebih baru. Lebih bagus. Tak ada kata protes karena perhatian padanya berkurang. Mulai jarang dikenakan. Dia cukup bahagia dengan melihat orang yang dicintainya bahagia. Dan itu yang paling penting baginya.
Tak tahu apa yang kamu pikirkan tentang dia. Mungkin kamu menganggap dia bodoh. Terlalu Cinta. Cinta buta. Dan seterusnya. Atau justru sebaliknya, kamu berpikir dia adalah seorang pecinta sejati. Yang sanggup berbuat apa saja demi kebahagiaan orang yang dicintainya. Meski untuk itu dia harus menggigit perasaannya sendiri. Tapi apa urusan kita. Dia yang merasa. Dia yang menjalani. Jika dia rela dan bahagia dengan semua itu, apapun pendapat kita tak ada artinya lagi baginya. Ini hidupnya. Miliknya. Terserah dia, bagaimana caranya mencinta. Bahkan jika harus seperti sepatu.
Pernah bertemu perempuan seperti itu ? Atau mungkin justru kamu sendiri perempuan itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar