Rabu, 22 Juni 2011

Selamat Pagi, Hujan

Aku menunggumu, hujan. Beberapa hari ini tak kulihat dirimu. Aku mencarimu di balik awan. Juga di kaki senja. Tapi aku tak menemukanmu. Aku harap kau baik-baik saja. Atau kau sedang terluka. Kau terlalu lama menanti. Penantian itu yang membuatmu luka. Penantian terkadang seperti memiliki duri tajam : ketidakpastian. Itu yang membuatmu terluka. Aku yakin begitu.

Aku tahu rasanya menanti. Sangat. Tahu rasanya bagaimana diam menanti tanpa ada kata pasti. Meski hanya sepotong kata. Begitu berulang kembali esoknya. Menanti. Dan kata yang dinanti tak kunjung tiba. Hingga akhirnya kau terlalu lama menanti. Kakimupun mulai tumbuh akar. Cintamu yang menumbuhkan dan menyuburkannya. Semakin banyak. Semakin menggurita. Dan kau menancap semakin dalam. Tak mampu lagi bergerak. Dan kaupun tetap menanti. Dengan luka mengiringi. Aku tahu rasanya.

Tapi sudahlah. Itu pilihanmu, hujan. Menanti dengan luka mengiringi. Cinta kadang begitu, memiliki luka. Tapi kau akan belajar membalutnya. Belajar mengecup setiap tetes sakit yang mengalir. Saat kau semakin pandai membalut dan mengecup luka, aku yakin kau akan baik-baik saja. Meski mungkin luka itu meninggalkan bekas. Tapi kau akan baik-baik saja.

Hujan, pagi ini aku menantimu. Lagi. Aku tak keberatan kau bersembunyi untuk menyembuhkan luka. Tapi jangan terlalu lama ya... Aku mulai merindukanmu. Cepatlah merintik. Hujani aku. Meski itu tetes lukamu...
---
Note :
Meracau. Saat hujan tak kunjung tiba. Merindunya. Sangat.

3 komentar:

  1. dikutip sedikit ya mbak...........bagus bgt mbak......dibanda aceh jg ga ada hujan,,,,,,,panaaaaaas bgt...

    BalasHapus
  2. ...akupun tengah menanti. sama dengan menanti hujan di musim kemarau. seluruh dayaku menantinya.....

    BalasHapus
  3. @ indira... alloow adek... telat yak repplynya, my apologize... semoga hujan sudah turun di banda aceh...*kissy*

    @ love... hold my hand.. aku temani : menanti...:)

    BalasHapus