Kamis, 09 Juni 2011

The Simple Thing

Bosan. Rasa yang kerap mampir tanpa di undang. Tiba-tiba saja sudah berada di ruang hati dan mewarnainya menjadi kelabu. Dan yang lebih membuat tidak nyaman adalah saat rasa bosan itu betah di situ. Tak mau pergi. Bahkan berlama-lama. Ujung-ujungnya mengeluh. Itu hal termudah yang biasanya kita lakukan.

Rutinitas adalah salah satu penyebabnya. Mulai dari membuka mata hingga kembali terlelap, melakukan kegiatan yang itu-itu juga. Monoton. Berulang. Begitu setiap melewati hari. Semua seperti terprogram. Teratur berurutan. Yang kita lakukan menjadi sekedar menyelesaikan kewajiban. Harus bekerja. Harus makan. Harus pergi. Harus begini, begitu, dan seterusnya. Semua hanya sekedar kewajiban. Tak pernah menikmati apa yang sedang dilakukan.

Kapan terakhir kita terbangun dan mampu menikmati pagi. Merasakan angin pagi yang lembut mengecup pipi. Berjalan dengan kaki telanjang diatas rumput yang basah embun dan merasakan dinginnya menggelitik kaki. Mensyukuri hangat matahari pagi yang seperti pelukan. Kapan terakhir kali kita benar-benar menikmati apa yang kita makan. Bermacam rasa yang seperti membelai lidah dan tidak hanya sekedar melewatinya dan berakhir di perut. Rasa kenyang yang melegakan penuh kesyukuran. Kapan terakhir kali kita menikmati pekerjaan kita. Keikhlasan melakukannya demi senyum keluarga di rumah. Menikmati setiap kesulitan yang ditimbulkannya sebagai sesuatu untuk membangun diri lebih baik lagi. Kapan terakhir kali kita benar-benar menikmati tidur kita. Menyadari nikmatnya kasur empuk dan sprei bersih yang mungkin tak semua orang bisa menikmatinya. Kapan kita...

Bangun pagi, makan, bekerja , tidur, dan seterusnya, sebenarnya sesuatu yang biasa. Sesuatu yang simple. Tapi saat kita mampu menikmatinya akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan terasa lebih istimewa. Saat kita mampu menikmatinya semua terasa lebih bermakna. Kita bukan hanya sekedar hidup tapi menikmati kehidupan. Itulah bahagia yang sesungguhnya. Jangan biarkan sesuatu yang simple justru kehilangan maknanya hanya karena kita tak mampu menikmatinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar